Hanya Masyarakat yang Mengerti Kebutuhannya
Semen Indonesia telah menggelar program CSR menggandeng LSM
KPR Tuban. Programnya berbasis pada masyarakat.
Program pemberdayaan masyarakat menjadi hal tak terpisahkan
dari operasional industri di Kabupaten Tuban, Jatim. Tanggung jawab sosial
perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) diharapkan,
mampu membantu Pemkab Tuban dalam program pengentasan kemiskinan.
Terlebih angka kemiskinan di daerah, yang sejak tahun 2017
lalu jadi tujuan investasi ini, hingga akhir tahun 2019 masih 15,31 persen dari
jumlah penduduk 1.285.147 jiwa. Angka tersebut menjadikan wilayah dengan 328
desa/kelurahan itu, termasuk lima besar kabupaten/kota termiskin di Jatim.
Pengentasan kemiskinan, kata Bupati Tuban H Fathul Huda,
menjadi program prioritas dari Pemkab di bawah kepemimpinannya. Tokoh Nahdlatul
Ulama (NU) yang masih suka ceramah agama ini, berharap program CSR dari
perusahaan turut membantu program tersebut.
“Kita harapkan program CSR dari perusahaan mengarah pada
pemberdayaan masyarakat, agar bisa membantu pengentasan kemiskinan,” kata
bupati dua periode itu panjang lebar di satu kesempatan.
Semen Indonesia pabrik Tuban--dulu PT Semen Gresik--merespon
program dari Pemkab itu. Pabrik semen milik BUMN dengan sentra produksi di Desa
Sumberarum, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban tersebut, menyekema program CSR
bersinergi dengan pemerintah daerah.
Sepanjang dua tahun terakhir, perusahaan ini menggandeng LSM
Koalisi Perempuan Ronggolawe (KPR) Tuban untuk pengawalan program CSR. Program
bertajuk Program Pemberdayaan Masyarakat Semen Gresik (P2MSG) berbasis pada
masyarakat. Masyarakat dilibatkan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga
monitoring kegiatan.
Wujud sinergitas dengan program Pemkab Tuban, rangkaian
workshop diantaranya digelar di kantor Pemkab setempat, melibatkan banyak stake
holder. Mulai dari Organisasi Pemerintah
Daerah (OPD) Pemkab Tuban, DPRD, media massa, perangkat desa, kecamatan, hingga
tokoh masyarakat desa pengguna program.
Ada 26 desa dari Kecamatan Kerek, Merakurak, dan Kecamatan
Jenu menjadi sasaran pemberdayaan. Desa-desa tersebut merupakan wilayah
terdekat dengan operasional pabrik Semen Indonesia di Tuban.
Dalam program pemberdayaan dengan sembilan orang pendamping,
dua tenaga ahli, satu bendahara, dan seorang manager program, KPR berposisi
sebagai media transformasi antara Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dan Forum
Masyarakat Kokoh (FMK) yang di setiap desa dengan perusahaan.
“Program kami berbasis masyarakat, karena hanya mereka yang
paling tahu apa yang dibutuhkannya,” kata Direktur Ekskutif KPR Tuban, Nunuk
Fauziah.
Di tahun 2019, sesuai hasil monitoring program pada Senin
(13/1/2020), terdapat 267 OMS dari 26 desa yang mengajukan proposal program.
Mereka menjadi pemanfaat program CSR dengan total biaya sebesar
Rp6.748.370.000.
Dari jumlah dana dari Semen Indonesia tersebut dipakai
kegiatan pemberdayaan oleh FMK sebanyak Rp414.400.000, dan untuk OMS sebesar
Rp6.333.970.000. Sedangkan pendampingan dari KPR, sesuai dokumen SPK, sebanyak
Rp868.000.000.
“Program pemberdayaan berupa kerajinan menjahit dan bordir
ini sangat bermanfaat bagi kami,” kata Ketua Pelaksana program Pemberdayaan Ibu
Muslimat NU di Desa Karanglo, Kecamatan Kerek, Hj Siti Bandi’ah, saat ditemui
di tempat kegiatan di desa setempat, Senin (13/1/2020).
OMS ini menerima pelatihan berikut bantuan peralatan jahit
dan bordir pada tahun 2018, sesuai proposal yang diajukan senilai Rp26 juta.
Tahun berikutnya (2019) mendapatkan bantuan modal sekitar Rp14 juta. Saat ini
sudah mulai menerima order bordir jilbab dari warga sekitar dan jaringan
kelompok pengajian.
Siti Bandi’ah dan kelompoknya dengan enam anggota yang
semulai tak bisa menjahit dan membordir berharap, pada tahun 2020 program yang
diterimanya dilanjutkan. Kalau bisa diperbesar lagi agar bisa menjangkau banyak
warga sekitar sebagai penikmat program.
Senada disampaikan Ketua Karang Taruna Desa Margomulyo,
Kerek, Sukono. OMS dari kelompok pemuda desa ini mendapatkan program peternak
ayam petelur. Sebagai program awal mereka menerima bantuan 400 ayam, saat ini
sudah produksi.
“Agar cepat mandiri untuk tahap selanjutnya semestinya
bantuannya paling tidak 1.000 ekor,” kata Sukono saat ditemui terpisah di
desanya.
Sukono dan para anggota karang taruna berharap, program yang
hasilnya sudah dirasakan warga sekitar karena penjualan telur dengan harga
miring dibanding di pasaran, dilanjutkan dan berkesinambungan.
Pemdes Margomulyo, ungkap Kepala Desa Margomulyo Junaedi,
sangat mendukung program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Semen Indonesia
bersama pendamping dari KPR di desanya. Mereka siap memfasilitasi jika nanti
dikembangkan daam skala lebih besar.
“Program seperti ini harus berkelanjutan, sehingga penerima
manfaatnya bisa lebih meluas lagi,” kata Junaedi saat ditemui di lokasi peternakan
ayam petelur bantuan CSR tersebut.
Demikian pula dengan program pertukangan kayu kreatif dari
Desa Jarorejo, Kerek yang diikuti, Kholik, Abdur Rozi (Kacung), dan Izudin.
Mereka melalui FMK mengajukan bantuan peralatan pertukangan kayu.
Program yang kami lakukan mengolah limbah kayu menjadi
kerajinan mebeler. Bahan bakunya dari limbah kayu pabrik Semen Indonesia.
“Bantuan peralatan ini sangat bermanfaat, sudah banyak
pesanan dari warga sekitar,” kata Kholik di samping dua rekannya di bengkel kerajinannya.
Sayangnya secara administratif, dan dokumentatif dari
kelomok ini belum matang. Hal itu disadari mereka sebagai kekurangan yang harus
mendapatkan bimbingan.
“Akan kita perhatikan dan benahi administrasi, pembukuan dan
dokumennya,” ujar Kasno dari Forum Masyarakat Kokoh (FMK) Desa Jarorejo. (teguh budi/bersambung)
https://suarabanyuurip.com/kabar/baca/hanya-masyarakat-yang-mengerti-kebutuhannya
Komentar
Posting Komentar